Ketika melewati jembatan busway depan ITC Cempaka Mas Jakarta Pusat sabtu kemarin (22/9) untuk transit melanjutkan perjalanan selanjutnya,saya berpapasan dengan salah seorang remaja putri,yang membagikan brosur kepada setiap orang yang lalu lalang di jembatan itu.Dengan tidak sengaja brosur itu terbawa ke rumah,sampai akhirnya istri saya pun sempat membacanya.Ada yang menarik di dalam brosur itu,dan ada pula kisah cerita aneh dan tidak wajar, dari pengalaman yang pernah di coba oleh salah seorang dari teman istri saya.
Hal menarik dalam brosur
Adapun informasi yang menarik didalamnya di terangkan,sangat mudah untuk mendapatkan penghasilan Rp. 70.000 dalam satu hari.Itupun bisa dilakukan oleh siapa saja dan dapat di kerjakan di rumah,tanpa ada persyaratan atau embel-embel khusus.Lampiran prosedur kerja dan alamat serta denah peta lokasi lengkap tersaji di dalam brosur tersebut.
Hal aneh dan tidak wajar
Menurut pengalaman dari teman istri saya,sebut saja ST,ia pernah mendatangi kantornya untuk bermaksud mencobanya.Banyak di temui di sana puluhan calon pelamar kerja yang rata-rata memang masih belia atau usai tamat sekolah,namun ada juga sebagian pelamarnya dari kalangan ibu rumah tangga,toh memang di dalam keterangan isi brosur lowongan kerja tidak mensyaratkan batas umur atau usia.
Yang membuat aneh dan tak wajar,setiap pelamar di kenakan biaya Rp. 10.000 hanya sekedar untuk mendapatkan informasi mengenai pekerjaan itu.Namun dari pihak kantor penyelenggara lowongan kerja berdalih,biaya tersebut sebagai biaya pendaftaran...lucu sekali bukan,orang inigin melamar kerja ada pendaftarannya.Karena itu memang sudah menjadi persyaratan dan keharusan mau tidak mau setiap pelamar harus mengamininya.
Dan yang paling semakin tidak wajar lagi,setelah mendapatkan informasi,para calon pelamar di kenakan biaya kembali di kisaran Rp. 200 s/d Rp. 250 ribu-an syarat baru dapat bekerja.
Kebanyakan dari mereka setelah di kenakan persyaratan yang ke dua,akhir nya mengurungkan niat,secara logika mengapa orang yang ingin mencari pekerjaan untuk mendapat duit,malah harus keluar duit.Namun ada dari sebagian para pelamar menyanggupi persyaratan itu,dan sedihnya menurut kabar yang di terima ,sambil menunggu pekerjaan yang akan di terima,mereka di pekerjakan sementara katanya...untuk membagikan brosur itu di tempat keramain atau di tempat-tempat umum,sangat-sangat menyedihkan berharap mendapatkan pekerjaan,namun tidak sesuai dengan apa yang di harapkan.Mungkin ini salah satu contoh dari postingan yang sebelumnya saya tulis mengenai Kejamnya Ibu Kota vs Kejamnya Ibu Tiri.
Bisa di bayangkan,bila satu calon pelamar kerja di kenakan biaya sebesar itu per orangnya,di kali jumlah puluhan calon pelamar per hari,per minggu sampai per bulan huff.
Hadirnya ratusan bahkan ribuan dari siswa lulusan sekolah setiap tahunnya,di tambah para pendatang baru dari daerah ke ibu kota,yang ingin mencari pekerjaan di himbau untuk selalu menseleksi dan berhati-hati untuk mencobanya.Dan tidak menjadi Korban Brosur Lowongan Kerja,sehingga para calon pelamar tidak memberi upeti ke biro kerja.*yet.