Pembeli adalah Raja,masih relevan kah? Aktifitas jual beli bisa kita temui kapan dan di mana saja,bisa berupa barang dan jasa.Lokasi dan tempatnya pun beraneka ragam dari yang modern sampai yang tradisional,seperti pasar,mall,restaurant,hotel misalnya.
Dan tentunya transaksi jual beli dapat terwujud bila ada penjual tentu pula ada pembelinya.
Menjamurnya pembangunan di sejumlah tempat hiburan seperti mall,restaurant dan hotel tadi,menambah persaingan bisnis mereka semakin ketat.Berbagai program dan acara di persembahkan untuk menggaet/memikat para calon pengunjungnya.sampai-sampai kiat service untuk pembeli di dewa-dewakan,maka nampak semakin jelas dan memperkokoh posisi pembeli adalah raja.
Namun apakah predikat pembeli adalah raja,lantas dapat berbuat sesuka hatinya...hmmm...teringat akan kejadian beberapa waktu lalu,di saat saya berada di salah satu tempat makan siap saji.
Seorang karyawan resto yang bertugas mengantarkan pesanan minuman,tidak sengaja menjatuhkan minuman ke lantai hingga mengenai sepatu si pengunjung yang memesan minuman itu.tak khayal si tuan pengunjung memarahi dan mencaci si karyawan tersebut di hadapan teman sekerjanya dan di depan pengunjung yang lain.sampai-sampai dia akan melaporkan kejadian ini keatasan untuk di berikan sangsi...
tak lama berselang atasannya pun mennghampiri dan memelas memohon maaf ke si tuan itu...hmm kita tidak tahu sangsi apa yang akan di terima oleh si karyawan itu.
Karena tebalnya lembaran uang kah,atau banyaknya kartu kredit kah...yang selalu menemani atau pula karena predikat pembeli adalah raja,lantas dapat berlagak layaknya seperti raja.
Di sini saya tidak bermaksud memojokan siapa pun....tapi ini benar nyata terjadi...dan saya yakin para sobat pun pernah menjumpai hal yang sama seperti saya.bahkan dengan cerita dan tempat yang berbeda.
Semoga kita lebih arif dan bijaksana dalam memahami dan membawa predikat itu di saat kita berada di dalamnya.*yet.
Dan tentunya transaksi jual beli dapat terwujud bila ada penjual tentu pula ada pembelinya.
Menjamurnya pembangunan di sejumlah tempat hiburan seperti mall,restaurant dan hotel tadi,menambah persaingan bisnis mereka semakin ketat.Berbagai program dan acara di persembahkan untuk menggaet/memikat para calon pengunjungnya.sampai-sampai kiat service untuk pembeli di dewa-dewakan,maka nampak semakin jelas dan memperkokoh posisi pembeli adalah raja.
Namun apakah predikat pembeli adalah raja,lantas dapat berbuat sesuka hatinya...hmmm...teringat akan kejadian beberapa waktu lalu,di saat saya berada di salah satu tempat makan siap saji.
Seorang karyawan resto yang bertugas mengantarkan pesanan minuman,tidak sengaja menjatuhkan minuman ke lantai hingga mengenai sepatu si pengunjung yang memesan minuman itu.tak khayal si tuan pengunjung memarahi dan mencaci si karyawan tersebut di hadapan teman sekerjanya dan di depan pengunjung yang lain.sampai-sampai dia akan melaporkan kejadian ini keatasan untuk di berikan sangsi...
tak lama berselang atasannya pun mennghampiri dan memelas memohon maaf ke si tuan itu...hmm kita tidak tahu sangsi apa yang akan di terima oleh si karyawan itu.
Karena tebalnya lembaran uang kah,atau banyaknya kartu kredit kah...yang selalu menemani atau pula karena predikat pembeli adalah raja,lantas dapat berlagak layaknya seperti raja.
Di sini saya tidak bermaksud memojokan siapa pun....tapi ini benar nyata terjadi...dan saya yakin para sobat pun pernah menjumpai hal yang sama seperti saya.bahkan dengan cerita dan tempat yang berbeda.
Semoga kita lebih arif dan bijaksana dalam memahami dan membawa predikat itu di saat kita berada di dalamnya.*yet.