Tiga Maret(Sebuah Harapan). Cerita kehidupan yang kian makin keras tak terbatas,beragam nuansa kesulitan yang sering akrab menyapa,seakan melambai dan mengundang sederet rintang untuk melangkah ke pintu gerbang bahagia.Hambar pun sesekali terasa dari arti sebuah kejelasan,samar terdengar serak ringkihnya kicauan kehidupan.
Apa lantaran karena dari diri pernah melakukan sebuah kekeliruan ,yang belum sempet untuk di benarkan,Atau pula karena memang waktu dan keadaan yang masih enggan merespon sampai keambang puncak harapan.Banyak orang bilang kurang baik bila terlalu di pikirkan,dan katanya pun kebahahagian itu perlu adanya pengorbanan.Kendatinya demekian, lantas diri tidak menyesali apalagi pasrah untuk menghindar.Justru paling tidak,langsung lekas bergegas memperbaiki keadaan agar tidak lebih buruk lagi dari cerita yang sudah pernah ada,setidaknya.(dan barangkali-itu mungkin idealnya).
Lama tertegun di tengah kancah,hingga menuntut diri untuk mulai belajar menerima dan bersikap.Karenanya pun entahlah hal itu bisa di cerna dengan baik dan bisa berjalan sebagai mana mestinya.Mengingat di sela harapan dan sebuah pengorbanan,terapit selalu bayang-bayang keraguan.Di mana keduanya tersekat sangat tipis di hampir tiap batasan.Belajar...belajar...dan terus belajar,Hanya sebatas itu lah yang bisa di lakukan.
Tulisan ini di ibaratkan seperti seorang anak kecil yang baru bisa belajar berbicara(ngalor ngidul) tertulis ndak
jelas, tujuan maupun isi dari maksudnya.Biarkan saja seperti ini dulu adanya,karena segala sesuatu nya membutuhkan waktu dan proses untuk menyikapinya.Terlebih saya,yang hingga saat ini masih terlena kaku dan beku akan soal ini.Namun teringat akan sebuah lagu bagus "badai pasti berlalu".Dan saya pun sedang menanti badai itu pergi.Semoga esok atau lusa harapan baru itu hadir dan dapat terlihat nyata menghias hari.*yet.
Apa lantaran karena dari diri pernah melakukan sebuah kekeliruan ,yang belum sempet untuk di benarkan,Atau pula karena memang waktu dan keadaan yang masih enggan merespon sampai keambang puncak harapan.Banyak orang bilang kurang baik bila terlalu di pikirkan,dan katanya pun kebahahagian itu perlu adanya pengorbanan.Kendatinya demekian, lantas diri tidak menyesali apalagi pasrah untuk menghindar.Justru paling tidak,langsung lekas bergegas memperbaiki keadaan agar tidak lebih buruk lagi dari cerita yang sudah pernah ada,setidaknya.(dan barangkali-itu mungkin idealnya).
Lama tertegun di tengah kancah,hingga menuntut diri untuk mulai belajar menerima dan bersikap.Karenanya pun entahlah hal itu bisa di cerna dengan baik dan bisa berjalan sebagai mana mestinya.Mengingat di sela harapan dan sebuah pengorbanan,terapit selalu bayang-bayang keraguan.Di mana keduanya tersekat sangat tipis di hampir tiap batasan.Belajar...belajar...dan terus belajar,Hanya sebatas itu lah yang bisa di lakukan.
Tulisan ini di ibaratkan seperti seorang anak kecil yang baru bisa belajar berbicara(ngalor ngidul) tertulis ndak
jelas, tujuan maupun isi dari maksudnya.Biarkan saja seperti ini dulu adanya,karena segala sesuatu nya membutuhkan waktu dan proses untuk menyikapinya.Terlebih saya,yang hingga saat ini masih terlena kaku dan beku akan soal ini.Namun teringat akan sebuah lagu bagus "badai pasti berlalu".Dan saya pun sedang menanti badai itu pergi.Semoga esok atau lusa harapan baru itu hadir dan dapat terlihat nyata menghias hari.*yet.