JempolMu HarimauMu. Beberapa waktu lalu saya atau mungkin juga rekan sekalian, masih teringat akan satu perkataan lucu. Dimana saat Andre, Denny dan sekumpulan kawannya tengah mengisi acara Pasaur di Trans7. Adapun kata yang sempat jadi bahasannya adalah "Jempolmu Harimaumu", dan memang ungkapan itu mengambil dari bagian deretan kata pribahasa yang sudah dulu ada "Mulutmu Harimaumu".
Kalo dibilang meniru, sepertinya ada benarnya. Karena terdapat beberapa persamaan kata yang terucap disana. Hanya saja yang membedakan cuma diawal kata, antara mulut dan jempol nya tadi, tentunya.
( Oh ya..selain itu, saat nyoba ngetik judul ini ternyata sudah banyak juga ya.. yang buat posting serupa. Tapi rapopo lah, sing jelas isi dalemane kan bedo alias ora podo. hehe)
Kembali melanjutkan, sebenarnya lagi bukan ingin membahas tentang menirunya, sosok maupun aksi tayangan dari acaranya. Tapi lebih kesoal dibalik maksud dari arti kata yang sudah disampaikan.
Mengingat jamannya seperti sekarang ini, para pengguna gadget kian dimanjakan hampir ditiap waktu (dari mulai bangun sampai mau tidur lagi, dan bawaan yang ada digenggamannya tak lepas dari hp).
Seperti pas ingin posting, Nge-tweet atau pun berkirim broadcast. Yang isi pesannya nanti bisa ditulis dengan sesuka hati. Berpuluh bahkan ratusan ketikan langsung jadi sekejap, hanya tinggal menunggu pencetan jempol beraksi. Hingga akhirnya pesan tadi kan bakal tersebar dan punya pengaruh besar terhadap orang yang menerima (membacanya).
Baca juga "Bagai Kacang lupa Akan Kulitnya".
Intinya, tanpa kita sadari tutur kata yang terucap memang bukan hanya bisa keluar dari mulut saja. Melainkan peranan sosial media juga urun bermain disana. Yang membuat kekhawatiran justru adanya istilah yang mengaitkan " runtutan kata itu bahkan bisa lebih tajam dari sebilah pedang". Dan oleh karena melihat dampak ketajaman yang diakibatkannya, membuat proses pemulihannya pun terkadang membutuhkan waktu lama, atau malahan sulit pula untuk mengembalikannya lagi ke kondisi semula. (bisa jadi... )
Dan satu hal lagi, pesan titipan dari seorang teman, menurutnya nge-blog pun juga perlu memakai kata-kata. *yet.
Kalo dibilang meniru, sepertinya ada benarnya. Karena terdapat beberapa persamaan kata yang terucap disana. Hanya saja yang membedakan cuma diawal kata, antara mulut dan jempol nya tadi, tentunya.
( Oh ya..selain itu, saat nyoba ngetik judul ini ternyata sudah banyak juga ya.. yang buat posting serupa. Tapi rapopo lah, sing jelas isi dalemane kan bedo alias ora podo. hehe)
Kembali melanjutkan, sebenarnya lagi bukan ingin membahas tentang menirunya, sosok maupun aksi tayangan dari acaranya. Tapi lebih kesoal dibalik maksud dari arti kata yang sudah disampaikan.
Mengingat jamannya seperti sekarang ini, para pengguna gadget kian dimanjakan hampir ditiap waktu (dari mulai bangun sampai mau tidur lagi, dan bawaan yang ada digenggamannya tak lepas dari hp).
Seperti pas ingin posting, Nge-tweet atau pun berkirim broadcast. Yang isi pesannya nanti bisa ditulis dengan sesuka hati. Berpuluh bahkan ratusan ketikan langsung jadi sekejap, hanya tinggal menunggu pencetan jempol beraksi. Hingga akhirnya pesan tadi kan bakal tersebar dan punya pengaruh besar terhadap orang yang menerima (membacanya).
Baca juga "Bagai Kacang lupa Akan Kulitnya".
Intinya, tanpa kita sadari tutur kata yang terucap memang bukan hanya bisa keluar dari mulut saja. Melainkan peranan sosial media juga urun bermain disana. Yang membuat kekhawatiran justru adanya istilah yang mengaitkan " runtutan kata itu bahkan bisa lebih tajam dari sebilah pedang". Dan oleh karena melihat dampak ketajaman yang diakibatkannya, membuat proses pemulihannya pun terkadang membutuhkan waktu lama, atau malahan sulit pula untuk mengembalikannya lagi ke kondisi semula. (bisa jadi... )
Dan satu hal lagi, pesan titipan dari seorang teman, menurutnya nge-blog pun juga perlu memakai kata-kata. *yet.