Kalimat yang terdiri dari barisan kata seperti peribahasa diatas, membawa ingatan kita sewaktu masih duduk dijaman bangku Sekolah Dasar dulu. Selain memang dapat menambah wawasan, pengetahuan para siswa nantinya, juga bisa menjadi tauladan kelak saat beranjak dewasa.
Sedang untuk pengertian arti pribahasanya sendiri, menurut dari beberapa sumber menjelaskan, kan mengandung makna penjabaran yang mendalam. Dimana memang satu kebaikan yang telah dibangun sejak lama dengan susah payah akan hilang begitu saja cuma dalam sekejap. Hilang oleh karena satu kesalahan atau kekeliruan yang baru saja dilakukannya.
Lalu..
Sebenarnya bukan untuk membahasnya kembali atau juga bukan sedang ingin berandai-andai. Hanya jujur saja, karena ada sebuah ketertarikan pada beberapa kata dari peribahasa berikut artiannya. Kesamaan kata yang ada disana lah justru paling pas bila dikaitkan dengan momen indah seperti dihari Fitri nan suci ini.
Teriknya panas entah karena rasa dendam, kecewa, kesalah pahaman, pergesekan idealis, perbedaan pikiran atau hal lain yang telah membakar dan membutakannya. Hingga kemudian datang guyuran sang hujan selaksa mengundang, mengajak hati tergerak dan membukanya. Semuanya seakan bagai ribuan butiran embun yang lahir di tengah padang gersang. Hingga meresap, merubahnya menjadi sekumpulan harapan dan mengubur penyesalan.
Kesalahan, kekeliruan setahun kan terhapus hangatnya jabat tangan dan ucapan "maaf" tiap insan dihari ini. Rona wajah penuh suka cita pun kian terpancar dari wujud kebahagian simbol kemenangan.
Minal aidzin wal faidzin, Mohon Maaf Lahir Dan Bathin. *yet.